Terlalu Sering Menonton TikTok Bisa Menurunkan Kinerja Otak. Ini Penjelasan Ilmiahnya

TikTok telah menjadi salah satu aplikasi hiburan paling populer di dunia. Dengan video berdurasi pendek, lucu, informatif, hingga menegangkan, platform ini sukses membuat jutaan orang betah menatap layar selama berjam-jam. Namun, muncul pertanyaan penting di masyarakat: apakah terlalu sering menonton TikTok bisa berdampak buruk pada otak kita?

Jawabannya, berdasarkan berbagai penelitian terbaru, adalah: ya, bisa, terutama jika digunakan secara berlebihan tanpa kendali. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana kebiasaan menonton TikTok berlebihan dapat memengaruhi daya ingat, konsentrasi, hingga struktur otak seseorang.

TikTok dan Kebiasaan Mengandalkan Kesegaran Cepat

TikTok menyuguhkan konten-konten pendek yang cepat berganti. Rata-rata video berdurasi 15–60 detik. Otak manusia pun “dilatih” untuk mencari sensasi baru secara terus-menerus. Akibatnya, pengguna cenderung menggeser layar jika kontennya terasa sedikit membosankan.

Kebiasaan ini membuat kita terbiasa dengan rangsangan instan. Setiap video yang lucu, mengejutkan, atau emosional memberi semacam kepuasan cepat pada otak, yang dikenal sebagai efek “cipratan dopamin”. Ini adalah zat kimia dalam otak yang membuat kita merasa senang. Semakin banyak kita merasa senang karena video, semakin otak ingin mengulanginya.

Masalahnya, kepuasan ini bersifat sementara. Lama-lama, otak menjadi terbiasa dengan sensasi cepat, dan sulit menikmati aktivitas lain yang lebih lambat seperti membaca buku, belajar, atau bekerja.

Dampak pada Daya Ingat

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menonton TikTok terlalu lama bisa memengaruhi daya ingat jangka pendek. Dalam studi yang dilakukan di Tiongkok terhadap lebih dari 3.000 pelajar SMA, ditemukan bahwa mereka yang kecanduan TikTok cenderung memiliki kemampuan mengingat angka dalam waktu singkat yang lebih rendah dibanding yang tidak kecanduan.

Penurunan daya ingat ini tidak terjadi begitu saja. Peneliti menemukan bahwa faktor seperti stres, kecemasan, dan depresi juga berperan. Artinya, semakin sering seseorang terpapar TikTok, ia cenderung merasa lebih gelisah, stres, dan akhirnya berdampak pada kemampuan otaknya untuk menyimpan informasi.

Selain itu, dalam studi lain, peserta yang menonton TikTok menunjukkan penurunan kemampuan dalam mengingat rencana yang telah dibuat sebelumnya. Misalnya, saat seseorang berniat menyelesaikan tugas setelah menonton satu video, tetapi akhirnya lupa karena terus-terusan menggulir video lainnya.

Menurunnya Konsentrasi dan Perhatian

Konsentrasi adalah kemampuan kita untuk fokus pada satu hal dalam waktu tertentu. Sayangnya, ini adalah salah satu kemampuan yang bisa terganggu akibat kebiasaan menonton video pendek seperti TikTok.

Dalam eksperimen yang menggunakan alat pengukur aktivitas otak, ditemukan bahwa orang yang sering menonton video pendek memiliki kemampuan fokus yang lebih lemah. Otak mereka sulit untuk mengabaikan gangguan dan lebih mudah terdistraksi. Mereka juga cenderung sulit untuk menahan keinginan melakukan hal lain ketika sedang menjalani tugas.

Beberapa ahli menyebutkan bahwa pola ini bisa terbentuk karena TikTok “mengajari” otak kita untuk selalu mencari yang baru. Akibatnya, saat menghadapi tugas yang butuh waktu dan kesabaran—seperti membaca laporan atau menyelesaikan soal matematika—otak merasa cepat bosan.

TikTok Bisa Bikin Kecanduan?

Meskipun TikTok bukan obat atau alkohol, ternyata bisa membuat orang ketagihan. Banyak orang merasa sulit berhenti setelah menonton satu atau dua video saja. Waktu pun terasa berjalan cepat saat sedang menonton.

Fenomena ini dikenal dengan istilah “flow”—keadaan saat kita begitu tenggelam dalam suatu aktivitas sampai lupa waktu. Menurut para peneliti, TikTok sengaja dirancang agar penggunanya mengalami flow ini sesering mungkin. Sistem rekomendasi kontennya sangat pintar: ia tahu apa yang kita suka, dan terus menyuguhkannya tanpa henti.

Kecanduan TikTok bukan hanya soal waktu yang terbuang. Dalam jangka panjang, orang yang kecanduan akan mulai mengabaikan tanggung jawab, kurang tidur, dan bahkan merasa cemas atau stres jika tidak bisa mengakses aplikasi.

Apa yang Terjadi di Dalam Otak Kita?

Beberapa peneliti menggunakan pemindaian otak (seperti MRI) untuk melihat perbedaan antara otak pengguna TikTok berat dan yang tidak. Hasilnya, ditemukan bahwa bagian otak yang mengatur keputusan dan emosi mengalami perubahan pada pengguna TikTok yang kecanduan.

Khususnya, ditemukan peningkatan ukuran di bagian otak yang disebut “orbitofrontal cortex”—bagian yang memproses hadiah atau kepuasan, seperti saat kita makan makanan favorit. Artinya, otak pengguna TikTok menjadi lebih sensitif terhadap hal-hal yang memberi kesenangan cepat.

Namun, para ilmuwan menekankan bahwa perubahan ini belum tentu bersifat permanen atau merusak secara langsung. Tapi jika dibiarkan terus-menerus, bisa membuat kita semakin sulit mengendalikan dorongan dan sulit menikmati aktivitas yang lebih sederhana.

Para Ahli Mengingatkan

Beberapa pakar otak menyebutkan bahwa belum ada bukti kuat bahwa TikTok benar-benar “merusak” otak. Namun, banyak penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berlebihan memang bisa mengganggu fungsi otak secara sementara.

Yang paling dikhawatirkan adalah:

  • Menurunnya kemampuan untuk fokus.
  • Daya ingat yang melemah.
  • Kebiasaan menunda pekerjaan.
  • Merasa cemas atau stres jika tidak menonton TikTok.

Dengan kata lain, TikTok tidak buruk secara mutlak. Namun, cara kita menggunakannya yang menentukan apakah dampaknya positif atau justru merugikan.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Berikut beberapa tips untuk menggunakan TikTok dengan sehat:

  1. Batasi waktu penggunaan – Gunakan pengatur waktu harian untuk aplikasi.
  2. Gunakan sebagai hiburan, bukan pelarian – Jangan jadikan TikTok sebagai cara untuk kabur dari stres atau tugas.
  3. Isi dengan konten positif dan edukatif – Cari akun yang memberi wawasan atau semangat, bukan hanya hiburan kosong.
  4. Berani berhenti saat perlu – Latih diri untuk menutup aplikasi setelah 10–15 menit.
  5. Jadwalkan waktu tanpa gadget – Coba punya waktu 1–2 jam sehari tanpa layar untuk memulihkan fokus.

Penutup

Menonton TikTok dalam jumlah wajar tidak akan langsung merusak otak. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, kebiasaan ini bisa berdampak pada menurunnya daya ingat, kesulitan konsentrasi, bahkan kecanduan. Otak kita menjadi terlalu terbiasa dengan hiburan cepat dan kehilangan kemampuan untuk menikmati hal-hal yang membutuhkan waktu dan kesabaran.

Solusinya bukan menghapus TikTok sepenuhnya, tapi menggunakannya secara bijak dan sadar. Dengan begitu, kita tetap bisa menikmati hiburan tanpa harus mengorbankan kesehatan otak dan mental kita.

Catatan: Artikel ini berdasarkan ringkasan dari beberapa penelitian ilmiah terbaru tentang efek penggunaan TikTok terhadap fungsi otak dan perilaku manusia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *