Kisah 1001 Malam: Kisah Pedagang dan Jin

Prolog

Setelah malam pertama yang penuh makna, raja Syahriyar yang haus darah ternyata tak jadi membunuh Syahrazad. Ia terlalu penasaran dengan kelanjutan kisah yang diceritakan wanita cerdas itu. Maka malam berikutnya pun tiba, dan Syahrazad melanjutkan ceritanya dengan kisah baru — kali ini tentang seorang pedagang biasa, yang hidupnya berubah total karena sebuah kejadian yang tampaknya sederhana…

Seorang Pedagang dan Perjalanan Takdirnya

Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang pedagang kaya dan bijak, yang telah lama mengumpulkan kekayaannya dengan jujur melalui perjalanan antar kota dan negeri.

Suatu hari, ia memulai perjalanan dagang jauh, membawa barang-barang berharga ke daerah seberang. Ia menempuh gurun pasir, hutan, dan pegunungan, sambil mengendarai untanya. Setelah berhari-hari berjalan, panas terik mulai menyengat, dan ia memutuskan untuk beristirahat di bawah sebuah pohon besar yang rindang di tengah padang pasir.

Di sana, ia turun dari pelana, membentangkan kain, lalu duduk dan membuka bekalnya. Ia mengambil beberapa buah kurma dari kantong, dan memakannya satu per satu. Setelah memakan daging buahnya, ia melempar bijinya jauh ke semak di sekitarnya.

Hingga di sinilah awal dari sesuatu yang tak terduga terjadi…

Kemunculan Jin Raksasa

Saat ia hendak melanjutkan perjalanan, tiba-tiba langit menggelap, dan terdengar angin berputar-putar dengan suara gemuruh. Dari balik debu dan angin itu, muncullah sesosok makhluk raksasa dengan wajah menyeramkan, bertubuh asap dan api, dan mengenakan jubah pusaka. Ia adalah seorang Jin — bukan sembarang jin, tapi raja dari para jin yang agung dan kuno.

Wajah sang pedagang pucat. Ia belum pernah melihat makhluk seperti ini.

Jin itu mengangkat tangan, menunjukkan pedang besar yang menyala, lalu berkata dengan suara menggelegar:

“Wahai manusia! Hari kematianmu telah tiba!”

Pedagang itu gemetar, namun berusaha bicara:

“Tuanku Jin… apa kesalahan hamba hingga harus mati?”

Sang jin berteriak:

“Engkau telah membunuh anakku! Saat engkau memakan kurma di bawah pohon ini dan membuang bijinya sembarangan, salah satu biji itu menghantam kepala anakku yang sedang berubah wujud menjadi manusia. Ia mati seketika. Maka sebagai balasannya, aku harus mencabut nyawamu sekarang juga!”

Permintaan Penundaan: Setahun untuk Pulang

Mendengar itu, si pedagang berlutut, memohon dengan tulus:

“Tuanku, aku memang manusia lemah. Aku tak tahu anakmu sedang ada di sana. Tapi bila aku memang harus mati, izinkan aku pulang dulu ke rumah, menyampaikan wasiat pada keluargaku, membagi hartaku untuk anak-anakku, dan mempersiapkan urusanku. Aku akan kembali ke tempat ini dalam waktu satu tahun, dan menyerahkan diriku padamu tanpa lari.”

Sang jin awalnya tak percaya. Tapi melihat ketulusan sang pedagang, dan karena ia adalah jin yang menjunjung tinggi janji dan kehormatan, ia akhirnya menyetujui:

“Baik! Tapi kalau kau tidak kembali dalam satu tahun, aku akan menghancurkan kotamu dan membunuh keluargamu.”

Pedagang itu bersumpah di bawah langit dan bumi, lalu pulang dengan hati berat.

Satu Tahun Kemudian: Kembali Menepati Janji

Selama satu tahun penuh, pedagang itu membagi hartanya, berwasiat pada anak dan istrinya, dan berpamitan pada semua orang. Mereka semua menangis, tak percaya bahwa ia benar-benar akan kembali ke tempat itu untuk mati.

Namun ia tetap teguh pada janjinya. Ia kembali ke padang itu, duduk di bawah pohon yang sama, menunggu kedatangan jin yang akan membunuhnya.

Beberapa jam ia duduk dalam diam, dengan tenang dan pasrah.

Tapi ternyata, ia tidak sendiri.

Kemunculan Tiga Orang Aneh

Tiba-tiba, seorang pria tua dengan janggut panjang datang, membawa seekor rusa betina dengan rantai emas. Ia mendekat dan melihat sang pedagang, lalu bertanya:

“Wahai tuan, mengapa kau duduk di sini dengan wajah sedih seperti hendak mati?”

Sang pedagang menceritakan semuanya — tentang jin, biji kurma, dan janjinya.

Orang tua itu tercengang.

“Demi Tuhan, kisahmu luar biasa. Kalau kau tak keberatan, biarkan aku menunggu bersamamu. Aku ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh jin itu. Dan bila mungkin, aku akan mencoba membelamu.”

Tak lama kemudian, datang orang kedua, seorang pria tua bertongkat, membawa dua ekor anjing hitam besar. Ia juga heran, lalu duduk menunggu bersama mereka.

Kemudian, datang lagi orang ketiga — pria tua dengan mata hanya satu tapi gagah. Ia membawa keledai kecil yang lucu. Ia juga memutuskan ikut duduk dan mendengarkan kisah sang pedagang.

Mereka pun duduk bertiga bersama sang pedagang, menunggu datangnya sang jin.

Kedatangan Jin dan Tawaran Tiga Orang Aneh

Sore pun tiba. Awan hitam kembali menggulung. Jin itu muncul dengan angin badai dan suara petir.

Ia menghampiri sang pedagang dan menghunus pedangnya.

Namun sebelum ia bisa bergerak, orang tua pertama berdiri dan berkata:

“Wahai Jin yang agung! Sebelum engkau membunuh lelaki ini, izinkan aku bercerita. Jika kisahku lebih menakjubkan dari perbuatannya, maka izinkan aku meminta padamu untuk mengampuninya sepertiga bagian dari kematian yang akan kau berikan.”

Jin itu penasaran dan mengangguk.

Kisah Orang Tua Pertama dan Rusa Betina

Orang tua itu berkata:

“Rusa yang bersamaku ini… dulu adalah istriku. Ia menyihir anakku menjadi lembu, dan mencelakakannya karena iri pada anak tirinya. Namun dengan bantuan sihir orang lain, aku membalas dan mengubahnya menjadi rusa.”

Ia menceritakan kisah tragis tentang rumah tangga, sihir, dan keadilan.

Jin terkesan. Ia lalu berkata:

“Kisahmu sungguh luar biasa. Baiklah, aku bebaskan sepertiga hukuman pedagang ini.”

Kisah Orang Tua Kedua dan Anjing Hitam

Lalu orang tua kedua maju:

“Dua anjing hitam ini… adalah dua saudaraku kandung. Mereka berkhianat dan mencoba membunuhku. Karena pengkhianatan mereka, aku menyihir mereka jadi anjing, dan merawat mereka agar tak celaka.”

Ia menceritakan tentang cinta, pengkhianatan keluarga, dan balas dendam yang lembut.

Jin kembali takjub dan berkata:

“Kisahmu lebih ajaib dari kisah si pedagang. Aku bebaskan sepertiga lagi hukumannya.”

Kisah Orang Tua Ketiga dan Keledai

Lalu orang tua ketiga maju dan bercerita tentang bagaimana ia kehilangan harta, dikhianati, dan akhirnya memiliki keledai yang bisa berbicara — simbol kesabaran dalam kesusahan.

Jin mengangguk:

“Kau juga layak mendapatkan penghargaan. Aku bebaskan sepertiga terakhir pedagang ini.”

Pedagang Diselamatkan

Dengan itu, si jin akhirnya membatalkan niatnya membunuh sang pedagang. Ia menghilang ke angin, dan langit kembali cerah.

Pedagang itu meneteskan air mata, berterima kasih pada ketiga orang asing yang menyelamatkannya.

Mereka saling berpamitan, lalu sang pedagang kembali ke keluarganya dengan selamat, membawa pengalaman luar biasa yang tak akan ia lupakan seumur hidupnya.

Penutup dari Syahrazad

Syahrazad menutup ceritanya malam itu dengan lembut. Raja Syahriyar duduk termenung, terdiam.

Ia berkata pelan:

“Itu… adalah cerita yang luar biasa. Aku ingin mendengar kisah dari orang tua pertama dan rusa istrinya.”

Syahrazad tersenyum:

“Besok malam, Tuanku. Jika aku masih hidup.”

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *