Cerita 1001 Malam – Kisah Nelayan dan Jin dalam Botol: Sang Wazir dan Tabib Duban

Prolog

Saat sang nelayan berhasil menipu jin agar masuk kembali ke dalam botol, jin pun memohon-mohon agar dibebaskan dan berjanji tidak akan mencelakainya. Namun sang nelayan tetap curiga dan ragu.

Untuk meyakinkan sang nelayan agar mempercayainya, jin berkata, “Wahai manusia, jangan seperti Raja Yunan yang menyesal setelah membunuh Tabib Duban yang telah menyelamatkan nyawanya.”

Sang nelayan penasaran dan bertanya, “Siapa Raja Yunan? Dan siapa Tabib Duban? Ceritakanlah kepadaku.”

Jin pun mulai berkisah.

Raja Yunan yang Sakit Parah

Pada zaman dahulu kala, di sebuah negeri besar dan makmur, hiduplah seorang raja bernama Yunan. Ia adalah raja yang adil dan bijak, namun nasib buruk menimpanya. Ia menderita penyakit kulit yang sangat parah. Tubuhnya gatal, bersisik, dan penuh luka. Semua tabib dan dukun kerajaan telah dipanggil, namun tak satu pun bisa menyembuhkannya. Ramuan demi ramuan telah dicoba, doa demi doa telah dilantunkan, namun penyakitnya tetap memburuk.

Raja Yunan mulai kehilangan harapan. Ia pun murung, jarang berbicara, dan lebih banyak menyendiri di istananya.

Kedatangan Tabib Duban

Suatu hari, datanglah ke istana seorang tabib tua dari negeri jauh. Namanya Duban. Ia dikenal sebagai orang bijak dan sangat terpelajar dalam ilmu kedokteran, racikan obat, dan filsafat. Ia menguasai berbagai kitab pengobatan dari Persia, Yunani, Romawi, hingga India.

Tabib Duban datang ke hadapan Raja Yunan dan berkata, “Wahai Raja Agung, aku mendengar tentang penyakit Paduka yang belum kunjung sembuh. Izinkan hamba mencoba menyembuhkan tanpa ramuan diminum atau salep dioleskan. Biarkan hamba menyembuhkan dengan cara yang tak pernah Paduka bayangkan.”

Raja yang kelelahan secara batin dan fisik, akhirnya memberi izin dengan setengah hati. Ia tak menyangka bahwa dari banyaknya tabib yang ia panggil, seorang asing dari negeri jauh justru berani berkata sanggup menyembuhkan penyakitnya tanpa obat ataupun pisau.

Pengobatan yang Ajaib

Keesokan harinya, Tabib Duban membawa sebuah tongkat kayu yang panjang dan bola pemukul kecil seperti dalam permainan polo. Ia meminta Raja Yunan mengenakan pakaian olahraga dan mengayunkan tongkat tersebut selama beberapa putaran di halaman istana.

Di tongkat itulah, diam-diam telah ia lumuri dengan ramuan khusus yang meresap ke dalam pori-pori tangan sang raja saat bermain. Tak ada rasa aneh atau menyakitkan, hanya gerakan ringan seperti olahraga biasa.

Setelah selesai, Tabib Duban memintanya mandi air hangat. Ajaibnya, setelah mandi, seluruh luka dan penyakit kulit raja lenyap seketika. Kulitnya kembali bersih dan segar, bahkan lebih sehat dari sebelumnya.

Raja Yunan terkejut bukan main. Ia melonjak kegirangan, dan seluruh istana bersorak merayakan keajaiban itu. Sang raja sangat berterima kasih dan menjadikan Tabib Duban sebagai sahabat dekatnya. Ia diberi kamar di istana, pakaian terbaik, dan makanan paling lezat. Setiap hari, raja mengundangnya ke mejanya untuk makan bersama.

Sang Wazir Cemburu

Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Ada satu orang di istana yang hatinya gelisah melihat kedekatan sang raja dan Tabib Duban. Ia adalah Wazir Pertama, penasihat utama raja yang selama ini sangat berkuasa dan dekat dengan kekuasaan.

Wazir itu mulai iri hati. Ia takut kekuasaannya tergeser oleh orang asing. Maka ia pun menyusun fitnah untuk menjatuhkan Tabib Duban.

Ia menghadap Raja Yunan dan berkata, “Wahai Paduka Raja, hamba mohon jangan tersinggung, tetapi ada hal yang meresahkan hati hamba. Bukankah aneh jika seseorang dari negeri asing, yang Paduka tak tahu asal-usulnya, bisa begitu dekat dan berpengaruh atas diri Paduka?”

Raja menjawab, “Dia telah menyembuhkanku dari penyakit yang tak bisa disembuhkan siapa pun. Itu sudah cukup bagiku.”

Namun sang wazir terus membujuk, “Orang yang bisa menyembuhkan dengan cara ajaib seperti itu, mungkin juga bisa membunuh tanpa terdeteksi. Ia bisa menyembunyikan racun dalam obat, dan Paduka bisa mati tanpa siapa pun tahu.”

Raja mulai ragu. Ia merasa bersalah, namun bayang-bayang ketakutan mulai merayap di hatinya. Ia mulai berpikir, “Bagaimana jika benar kata wazirku? Bagaimana jika Duban berniat jahat?”

Perintah yang Kejam

Akhirnya, karena terus-menerus dipengaruhi oleh wazirnya, Raja Yunan memanggil pengawal dan mengeluarkan perintah: “Tangkap Tabib Duban dan penggal kepalanya besok pagi!”

Kabar itu terdengar oleh Tabib Duban, yang tentu saja terkejut dan hancur hatinya. Ia menghadap sang raja dan berkata dengan penuh kesedihan:

“Wahai Paduka, mengapa engkau menghukumku seperti ini? Apa salahku padamu? Tidakkah Paduka ingat siapa yang telah menyembuhkan penyakit Paduka, dan siapa yang selama ini setia kepada Paduka tanpa pamrih?”

Namun, Raja yang sudah dibutakan oleh hasutan tetap pada keputusannya.

Hadiah Terakhir Tabib Duban

Mengetahui ajalnya sudah dekat, Tabib Duban tak memberontak. Ia hanya meminta satu permintaan terakhir: agar diperbolehkan membawa pulang beberapa barang pribadinya dan meninggalkan satu buku untuk diberikan kepada raja setelah kematiannya.

Raja pun mengizinkannya. Keesokan harinya, Tabib Duban digiring ke tempat eksekusi, dan dengan pedih hati, ia dipenggal.

Setelah kematiannya, sang raja menerima buku yang ditinggalkan oleh Duban. Ia membukanya dengan penuh rasa ingin tahu. Buku itu tampak seperti buku biasa, tetapi ketika raja membuka halaman demi halaman, tak ada tulisan yang terlihat.

Ia terus membalik halamannya… hingga tiba-tiba, cairan racun menyerap ke tangannya dari kertas buku yang telah direndam racun khusus. Beberapa saat kemudian, sang raja pun roboh dan meninggal di tempat.

Ending Cerita

Jin mengakhiri kisahnya dengan berkata kepada sang nelayan, “Itulah kisah Raja Yunan dan Tabib Duban. Lihatlah bagaimana raja yang membunuh orang yang menolongnya, akhirnya binasa oleh tangannya sendiri. Maka, wahai nelayan, janganlah engkau seperti Raja Yunan. Aku telah menyesal, dan aku bersumpah akan menepati janjiku.”

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *