Prolog
Saat Sang Jin hendak membunuh nelayan karena dendam lama, sang nelayan mencoba menunda ajalnya dengan kecerdikan. Ia mengatakan bahwa banyak kisah dalam hidup ini mengajarkan bahwa membalas kebaikan dengan kejahatan hanya akan mendatangkan penyesalan. Sebagai bukti, ia berkata:
“Aku tahu sebuah kisah tentang seorang pangeran tampan yang pernah ditolong oleh makhluk yang tampak lembut, tapi ternyata adalah raksasa betina. Ingin tahu ceritanya?”
Sang Jin yang haus akan cerita, mengangguk. Maka dimulailah kisah pangeran dan raksasa betina ini…
Seorang Pangeran dalam Pelarian
Di sebuah kerajaan besar yang dikelilingi padang pasir dan gunung-gunung tinggi, hiduplah seorang pangeran muda. Ia adalah anak raja dari sebuah negeri makmur, tetapi ditakdirkan mengalami nasib tragis. Sebuah kudeta dari pamannya menyebabkan istana direbut, dan keluarganya dibunuh.
Pangeran muda itu berhasil melarikan diri dengan luka di tubuh dan air mata yang belum kering. Ia berlari sejauh mungkin dari istana yang pernah ia kenal sebagai rumah. Ia menunggang kudanya melewati hutan lebat, padang rumput, dan akhirnya masuk ke sebuah wilayah asing yang belum pernah ia dengar sebelumnya.
Hari telah malam, dan pangeran—yang tak memiliki makanan, tempat berlindung, atau pelindung—mulai merasa kelelahan dan putus asa. Ia pun turun dari kudanya dan mencari tempat untuk beristirahat di antara bebatuan.
Pertemuan yang Aneh di Tengah Malam
Saat ia hendak tidur, terdengarlah suara lembut seorang perempuan:
“Wahai pemuda yang tampan, mengapa engkau berada di tempat liar seperti ini?”
Pangeran kaget. Dari balik bayang-bayang pepohonan, muncullah seorang wanita yang luar biasa cantik. Wajahnya bercahaya oleh bulan, rambutnya panjang mengalir, dan suaranya selembut embun. Ia mengenakan pakaian dari kain halus dan membawa lampu kecil di tangannya.
Pangeran terpukau dan langsung tersentuh oleh kehangatannya. Ia menceritakan semua yang telah terjadi—tentang keruntuhan kerajaannya, kematian keluarganya, dan pengkhianatan sang paman.
Perempuan itu terlihat tersentuh dan berkata, “Kalau begitu, tinggallah bersamaku. Aku tinggal di gua tidak jauh dari sini. Aku akan merawatmu hingga luka hatimu sembuh.”
Pangeran, yang lelah dan kehilangan harapan, menerima tawaran itu.
Gua yang Aneh dan Kenyamanan yang Palsu
Gua itu ternyata luas dan aneh. Meski di dalam tanah, ada cahaya seperti siang hari, makanan tersedia tanpa dimasak, dan tidak ada hewan buas mendekat. Setiap hari, perempuan itu menyuapi pangeran makanan, memijat tubuhnya, menyenandungkan lagu, dan berkata:
“Lupakan masa lalu. Di sinilah rumah barumu. Bersamaku.”
Hari demi hari, pangeran mulai merasa nyaman. Ia bahkan mulai mencintai perempuan itu. Ia tidak tahu berapa hari telah berlalu, karena tidak ada matahari yang menandai waktu. Tapi ia merasa dirinya seperti di surga, sekaligus seperti dalam penjara.
Namun, perlahan, ia mulai melihat keanehan. Setiap kali ia mencoba bertanya siapa perempuan itu, ia hanya menjawab:
“Aku hanya wanita yang kesepian, yang ingin kau tetap tinggal di sini untuk selamanya.”
Dan saat pangeran ingin keluar dari gua, pintu batu tiba-tiba tertutup sendiri.
Rahasia yang Terbongkar
Suatu malam, saat perempuan itu sedang tidur, pangeran terbangun karena mendengar suara mendengkur yang berat dan menakutkan—seperti raungan binatang besar.
Ia melirik ke arah perempuan yang tidur di sampingnya dan betapa terkejutnya ia ketika wujudnya berubah perlahan-lahan menjadi makhluk yang sangat mengerikan: tubuhnya menjadi besar, matanya memerah, dan taringnya mencuat dari rahangnya.
Ia adalah raksasa betina! Seorang ogress yang bisa berubah wujud menjadi manusia cantik.
Pangeran terkejut dan hampir berteriak. Tapi ia tahu, jika membuat suara, nyawanya bisa melayang. Ia pun menahan napas dan pura-pura tetap tidur. Dalam hatinya, ia berkata:
“Aku harus keluar dari gua ini. Aku harus melarikan diri sebelum dia memakanku!”
Pelarian yang Sulit
Keesokan harinya, sang ogress kembali ke wujud manusia dan bersikap seperti biasa. Ia menyuapi pangeran dan bernyanyi dengan lembut.
Namun, ketika ia tertidur lagi malam berikutnya, pangeran segera bergerak diam-diam. Ia mencoba mengangkat batu besar yang menutupi pintu gua. Butuh seluruh tenaga dan waktu berjam-jam hingga akhirnya batu itu tergeser cukup untuk ia lolos.
Dengan napas terengah dan jantung berdetak cepat, ia melarikan diri. Ia tidak berani menoleh ke belakang, takut bayangan sang ogress akan mengejarnya.
Ia lari sepanjang malam hingga tubuhnya hampir roboh.
Pertemuan dengan Orang Bijak
Beberapa hari kemudian, pangeran bertemu dengan seorang lelaki tua berjubah yang sedang bertapa di pinggir hutan. Sang tua berkata, “Wajahmu pucat dan jiwamu penuh ketakutan. Apa yang kau alami, anak muda?”
Pangeran pun menceritakan semua yang ia alami. Lelaki tua itu mengangguk dan berkata:
“Kau telah ditipu oleh makhluk dari golongan jin jahat. Raksasa betina itu suka memangsa pria muda dengan cara menggoda mereka. Kau beruntung telah selamat, karena biasanya mereka tak pernah keluar hidup-hidup.”
Pangeran bertanya, “Mengapa ia memperlakukanku dengan manis di awal? Mengapa tidak langsung membunuhku?”
Lelaki itu menjawab, “Karena ia sedang menunggu saat tubuhmu sepenuhnya sehat dan kuat. Raksasa seperti itu suka memakan mangsanya saat tubuh mereka mencapai puncak kekuatan.”
Pangeran bergidik ngeri.
Kembali Menjadi Raja
Pangeran akhirnya tinggal bersama lelaki tua itu selama beberapa waktu. Ia belajar tentang dunia, tentang makhluk-makhluk gaib, dan bagaimana mengenali wajah palsu dari makhluk yang ingin menjerumuskannya.
Ia juga belajar bahwa tidak semua yang tampak indah di luar, benar di dalam. Bahkan kebaikan yang paling lembut sekalipun harus diuji dengan waktu dan akal sehat.
Beberapa tahun kemudian, pangeran kembali ke negerinya. Ia telah tumbuh menjadi lelaki bijaksana. Ia berhasil merebut kembali kerajaannya dari pamannya yang lalim, dan memerintah dengan keadilan dan hati-hati—karena ia tahu, bahaya bisa datang dari wajah yang paling cantik sekalipun.
Penutup
Sang Jin terdiam sejenak mendengar kisah itu.
Sang nelayan pun berkata:
“Lihatlah, wahai Jin, pangeran itu hampir mati karena tertipu wajah lembut yang menyembunyikan niat jahat. Namun ia selamat karena akalnya dan tidak terburu-buru percaya. Begitu pula denganmu—jangan buru-buru membalas dendam padaku yang telah menyelamatkanmu. Dunia penuh jebakan, dan akal adalah satu-satunya pelindung manusia.”
Sang Jin merenung… dan kisah pun berlanjut ke dongeng lainnya.
[…] Sang nelayan juga menceritakan kisah Pangeran dan Raksasa Betina […]