Cerita 1001 Malam – Kisah Pedagang dan Jin: Bagian Orang Tua Ketiga dan Keledainya

Prolog

Bagian ini adalah kelanjutan dari kisah 2 orang tua sebelumnya dimana dengan kisah itu, pedagang mendapat 2/3 ampunan dari raja jin.

Setelah Jin mengampuni dua pertiga dari hukuman sang pedagang karena dua kisah luar biasa dari dua orang tua sebelumnya, kini orang tua ketiga maju perlahan.

Ia terlihat lebih tua dari dua sebelumnya, janggutnya putih seperti salju, dan ia memegang tongkat kayu berukir yang tampak sudah usang dimakan usia. Di sampingnya, seekor bagal betina (keturunan kuda dan keledai) berwarna coklat keemasan berdiri dengan tenang, matanya teduh namun dalam — seakan menyimpan rahasia masa lalu.

Jin menatap pria itu dan berkata:

“Wahai orang tua ketiga, jika kisahmu tidak kalah mengagumkan dibanding dua kisah sebelumnya, maka aku akan mengampuni sisa sepertiga hukuman pedagang ini. Ceritakan padaku… siapa engkau dan apa yang terjadi dengan bagal betina ini?”

Orang tua itu pun menghela napas panjang dan mulai bercerita.

Seorang Saudagar Ilmu dan Istri yang Penuh Rahasia

Dahulu, aku adalah seorang saudagar dan penyihir. Tapi bukan penyihir jahat — aku hanya menggunakan ilmu untuk membantu banyak orang: mengobati penyakit, menyelamatkan rumah tangga, dan mencari barang hilang.

Saat aku berumur empat puluh tahun, aku menikahi seorang wanita muda, cantik dan tampaknya bijak, berasal dari keluarga pedagang kaya. Awalnya, kehidupan kami harmonis. Ia membantu mengatur rumah, dan aku mulai mengurangi kegiatanku sebagai penyihir demi hidup damai bersamanya.

Namun, setelah beberapa tahun, aku menyadari tingkah lakunya mulai aneh.

Ia sering pulang larut malam, kadang berbicara sendiri dalam bahasa yang asing, dan aku mulai curiga ia menyembunyikan sesuatu.

Rahasia Tersembunyi: Istriku Adalah Penyihir

Suatu malam, aku diam-diam mengikutinya. Ia keluar rumah membawa bejana tanah liat kecil dan beberapa ramuan. Ia pergi ke taman belakang, menggores tanah, dan memanggil sesuatu dalam bahasa jin.

Aku bersembunyi di balik pohon dan menyaksikan sendiri: istriku adalah seorang penyihir wanita yang kuat, dan ia sedang membuka pintu ke dunia jin!

Aku pulang dengan hati gelisah. Kini aku sadar mengapa dalam beberapa tahun terakhir beberapa pelanggan dan teman wanitaku tiba-tiba menghilang atau jatuh sakit misterius. Ia cemburu — dan menggunakan sihir untuk mencelakai mereka!

Konflik yang Tak Terelakkan

Suatu hari, aku pulang ke rumah lebih awal dari biasa. Ketika masuk ke ruang dalam, aku mendengar suara tangisan lirih dari dalam kamar penyimpanan.

Aku membuka pintu perlahan dan melihat… seorang pria tergeletak setengah jadi bagal!

Tubuhnya seperti manusia, tapi telinganya sudah berubah, dan ekornya mulai tumbuh. Aku mengenalnya — muridku sendiri, seorang penyihir muda yang juga jatuh cinta pada istriku.

Istriku memergoki aku dan langsung mencoba menyihirku. Tapi aku lebih cepat: aku bacakan mantra perlindungan dan berhasil menangkalnya.

“Aku tahu siapa kau sekarang!” teriakku padanya.

Ia tertawa dan berkata:

“Kalau begitu, kau harus menerima nasib seperti dia!”

Pertarungan sihir terjadi. Buku-buku sihir beterbangan, benda-benda pecah, dan langit menjadi mendung. Tapi akhirnya aku menang. Ia tidak aku bunuh, melainkan aku ubah menjadi seekor bagal betina, makhluk jinak tapi bisu — agar ia tak bisa menyihir lagi.

Mengapa Aku Tak Membunuhnya

Mungkin kau bertanya: Mengapa tidak membunuh wanita sejahat itu?

Jawabanku adalah: dulu aku mencintainya. Meskipun dia berkhianat, aku tak sanggup mengakhiri hidupnya. Lebih baik ia menjadi hewan yang bisa merenungi perbuatannya — dan melayani kebaikan, bukan menebar kejahatan.

Sejak itu, ia menemaniku ke mana pun aku pergi. Ia membantuku mengangkut barang dagangan, dan aku memberinya makan, memandikannya, bahkan menidurkannya dengan lembut.

Tapi aku tahu di dalam dirinya, masih ada kesadaran manusia yang terkurung — menyesal, atau mungkin masih marah.

Kesetiaan atau Penyesalan

Sudah hampir dua puluh tahun berlalu. Ia tetap menjadi bagal yang jinak. Pernah sekali waktu, aku mendapati air matanya mengalir saat aku menceritakan kisah cinta kami yang dulu kepada seorang teman.

Entah itu tanda penyesalan atau kepedihan karena kehilangan kekuasaan, aku tak tahu.

Tapi aku percaya, seperti manusia lainnya, ia juga berhak menebus kesalahannya dengan hidup yang lebih rendah hati.

Permohonan pada Jin

Kini, wahai Jin yang agung, aku telah menceritakan kisahku. Jika engkau merasa kisah ini cukup untuk membuktikan penderitaan dan keajaiban dunia, aku mohon, ampuni sisa hukuman pedagang ini.

Pengampunan Sang Jin

Jin mengangguk dengan wajah puas. Ia berkata:

“Tiga kisah luar biasa telah kudengar hari ini — masing-masing penuh pengkhianatan, keajaiban, dan kebijaksanaan. Maka, sebagai janjiku, aku mengampuni seluruh hukuman untuk pedagang ini.”

Pedagang itu pun menangis haru. Ia mencium tangan para orang tua dan bersyukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkannya dari kematian oleh Jin.

Penutup Malam dan Janji Cerita Baru

Dan seperti biasa, saat fajar menyingsing, Syahrazad menutup ceritanya.

Raja Syahriyar berkata:

“Kisah ini lebih aneh dari semua yang kudengar sebelumnya. Engkau sungguh pandai, wahai Syahrazad.”

Syahrazad menjawab lembut:

“Jika paduka berkenan menghidupkan hamba satu malam lagi, maka esok akan hamba ceritakan kisah seorang nelayan tua dan jin yang keluar dari botol — lebih aneh dan menegangkan dari semua kisah tadi.”

Raja pun tersenyum dan berkata:

“Baiklah. Aku ingin mendengarnya.”

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *