Cerita 1001 Malam – Kisah Pedagang dan Jin: Bagian Orang Tua Pertama dan Rusa

Setelah Jin melepaskan pedagang itu dari kematian berkat campur tangan tiga orang tua misterius, ia meminta mereka menceritakan kisah masing-masing. Orang tua pertama pun maju, memegang rantai emas yang mengikat seekor rusa betina yang anggun.

Jin memperhatikan rusa itu dengan penasaran. Lalu si orang tua berkata:

“Jin yang agung, dengarkan kisahku. Rusa betina ini… bukanlah binatang biasa. Ia adalah istriku sendiri, yang berubah menjadi rusa karena kejahatannya sendiri. Dan kisah kami… lebih aneh dari kisah si pedagang.”

Kehidupan Awal: Seorang Saudagar Kaya

Dahulu aku adalah seorang saudagar kaya, memiliki banyak tanah, ternak, dan kekayaan yang diwariskan turun-temurun. Aku hidup dalam kemewahan, dan dalam usia dewasa aku menikahi seorang wanita cantik dari keluarga terhormat.

Istriku tampak lembut dan patuh. Ia bersamaku selama lebih dari dua puluh tahun, namun kami tidak dikaruniai anak.

Sementara itu, aku punya anak lelaki dari istri terdahulu, yang wafat saat anak kami masih bayi. Aku menyayangi anakku itu dengan sepenuh hati, dan menjadikannya pewaris utama semua hartaku.

Anakku tumbuh dengan baik — cerdas, jujur, dan berbakat dalam bertani serta berdagang. Saat ia dewasa, aku membangun sebuah rumah besar untuknya, dan memberinya kebun serta ternak agar mandiri.

Namun di sinilah awal kehancuran datang.

Kecemburuan dan Kedengkian Istri

Istriku, yang selama ini tampak patuh, mulai menunjukkan wajah aslinya. Ia merasa cemburu dan iri pada anak tirinya. Ia menganggapku lebih mencintai anakku dibanding dirinya, padahal aku telah memberinya segalanya.

Diam-diam, ia mulai belajar ilmu sihir hitam dari seorang wanita tua yang tinggal jauh di pinggiran kota.

Tak kusangka, dalam waktu singkat ia menjadi ahli sihir. Dan suatu malam, saat aku sedang bepergian selama beberapa hari, ia menyihir anakku menjadi seekor lembu.

Kembalinya Sang Ayah

Saat aku pulang, aku menanyakan keberadaan anakku. Istriku menjawab bahwa ia pergi tanpa pamit, mungkin pindah ke kota lain karena bosan hidup di desa.

Aku sangat sedih, tapi tak punya alasan mencurigainya.

Beberapa bulan berlalu. Istriku berpura-pura bersedih pula, tapi aku melihat seekor lembu muda di kandang, yang sangat jinak dan selalu memandangku seolah mengenalku.

Aku tak tahu, itu adalah anakku yang dikutuk menjadi lembu.

Hari Raya Kurban dan Pertanda

Tibalah saat hari raya besar. Seperti biasa, aku memerintahkan para pelayan untuk membawa lembu-lembu terbaik ke tempat penyembelihan. Aku juga ikut memilih hewan yang akan dikurbankan.

Saat aku memilih lembu, aku menunjuk lembu muda yang jinak itu.

Namun aneh, lembu itu mulai menangis dan air matanya menetes seperti manusia. Ia menatapku dengan mata penuh permohonan.

Aku terkejut. Tak pernah kulihat lembu menangis seperti itu.

Aku berkata pada tukang sembelih:

“Tunda dulu. Bawa lembu ini ke tempat lain. Pilih lembu lain untuk dikurbankan.”

Tukang sembelih menurut. Namun ia penasaran dan mencoba menyembelih lembu lain. Tapi setiap pisau ia hunus, tangannya gemetar, dan pisau itu seakan tumpul.

Ia berkata padaku:

“Tuan, entah mengapa, hari ini semua terasa ganjil. Saya merasa lembu yang pertama tadi… bukan sembarangan hewan.”

Munculnya Si Gadis Budak

Kebetulan aku memiliki seorang budak perempuan, yang berasal dari keluarga keturunan penyihir putih. Ia cerdas dan punya penglihatan batin.

Ia melihat lembu itu dan berkata:

“Tuanku, izinkan aku berbicara. Lembu itu… bukan lembu biasa. Aku yakin ia adalah manusia yang disihir.”

Aku terkejut dan bertanya:

“Apa maksudmu?”

Ia menjawab:

“Istrimu, tuan… wanita itu menyimpan ilmu sihir. Aku bisa bantu mengungkapkan rahasia ini. Tapi izinkan aku menggunakan sihir putih untuk membuka kutukannya.

Aku mengizinkan.

Kebenaran Terungkap

Budak perempuan itu membuat lingkaran suci dan mulai melantunkan mantra-mantra. Tak lama kemudian, asap putih keluar dari tubuh lembu, dan dalam sekejap… di depanku berdiri anak laki-lakiku yang telah lama hilang, tubuhnya menggigil dan wajahnya penuh luka jiwa.

Aku menangis dan memeluknya.

“Ayah… dia… dia yang menyihirku… Ibu tiri…,” katanya terbata-bata.

Mataku memerah. Amarah dan kesedihan menyatu. Aku berbalik kepada budak perempuan itu dan berkata:

“Apa yang bisa kau lakukan terhadap wanita jahat itu?”

Budak itu menjawab:

“Dengan izinmu, aku bisa mengubahnya menjadi binatang, sebagai balasan atas kutukan yang ia buat.”

Aku pun setuju. Maka, budak perempuan itu membaca mantra lain.

Angin bertiup pelan, dan langit mendung. Dari dalam rumah, istriku terdorong keluar oleh kekuatan sihir. Ia berteriak, tapi tidak bisa melawan.

Dalam satu kilatan cahaya, tubuhnya berubah menjadi rusa betina berwarna coklat muda, dengan mata lebar dan wajah penuh rasa bersalah.

Perjalanan dan Penyesalan

Sejak hari itu, aku tidak pernah menikah lagi. Aku mengambil budak perempuan itu sebagai istriku, karena jasanya besar dan hatinya mulia.

Anakku pun perlahan pulih, dan kini ia menjalankan urusan rumah tangga kami dengan baik.

Namun, sebagai bentuk pengampunan sekaligus hukuman, aku tidak membunuh istriku yang disihir menjadi rusa, melainkan mengikatnya dengan rantai emas dan membawanya bersamaku kemanapun aku pergi, sebagai pengingat tentang kebusukan hati dan dampak dari sihir jahat.

Penutup dan Permohonan pada Jin

Setelah bercerita, orang tua itu menunduk dan berkata pada Jin:

“Wahai Jin agung, kini kau tahu — rusa ini adalah istriku, dan kisahku penuh penderitaan. Jika kau rasa kisahku cukup menakjubkan, maka kuharap engkau memaafkan pedagang ini atas sepertiga dari kesalahannya.”

Jin mengangguk, terdiam lama, lalu menjawab:

“Kisahmu sungguh luar biasa. Belum pernah aku mendengar cerita yang seperti itu. Aku berkenan mengampuni sepertiga dari hukuman pedagang ini, seperti janjiku.”

Syahrazad Menutup Malam Itu

Saat malam berakhir, Syahrazad pun berhenti bercerita.

Raja Syahriyar terdiam, tercengang.

“Apakah kau akan menceritakan kisah orang tua kedua esok malam?” tanyanya.

Syahrazad tersenyum dan menjawab:

“Jika Tuan berkenan menyisakan hidupku satu malam lagi, maka akan aku lanjutkan esok hari.”

Dan malam pun berakhir, dengan nyawa Syahrazad kembali selamat — karena kekuatan dari sebuah cerita.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *